Hidup seperti roda yang berputar. Kadang di atas namun kadang pula di bawah. Suatu ketika, kita merasa mendapatkan rezeki yang berlimpah namun pada kesempatan lain kita merasa rezeki yang kita terima sangat sedikit.
Namun sesungguhnya, rezeki dari-Nya tidak pernah benar-benar habis bahkan bila kita mau mensyukurinya setiap detik, maka kita akan bisa merasakan betapa Dia Maha Pemberi Rezeki yang tidak pernah melupakan kita. Detik ini, coba hitung berapa banyak kita menerima rezeki-Nya secara gratis: udara yang kita hirup, kesehatan, panjang umur, maupun Nyawa….
Bersyukur adalah sebuah maqam yang tinggi. Namun, bila masih belum mampu bersyukur dengan merasakan banyaknya rezeki yang kita terima, ini ada amalan untuk memohon rezeki. Yang perlu disadari, rezeki yang kita terima tidak serta merta gratis begitu saja. Rezeki adalah akibat dari kerja keras banting tulang. Maka, amalan ini tidak berlaku bagi mereka yang pemalas.
Cara mengamalkannya: puasa mutih 7 hari 7 malam dan dilanjutkan dengan puasa patigeni sehari semalam. Mulai puasa pada hari Jum’at Pahing. Mantranya dibaca setiap jam 12 malam di muka rumah (halaman/teras).
Ini mantranya:
“Ingsun amatek ajiku si nini blorong,
Nini blorong tak tempuhake anyukupi sandhang pangan kang agung, Amboyongo sri sadono wadahono ing gedhong rojobrono,
Sakehing pangan lebokno ing lumbung gumuling,
Ojo asat ing saklawase soko kersaning Allah”
Namun sesungguhnya, rezeki dari-Nya tidak pernah benar-benar habis bahkan bila kita mau mensyukurinya setiap detik, maka kita akan bisa merasakan betapa Dia Maha Pemberi Rezeki yang tidak pernah melupakan kita. Detik ini, coba hitung berapa banyak kita menerima rezeki-Nya secara gratis: udara yang kita hirup, kesehatan, panjang umur, maupun Nyawa….
Bersyukur adalah sebuah maqam yang tinggi. Namun, bila masih belum mampu bersyukur dengan merasakan banyaknya rezeki yang kita terima, ini ada amalan untuk memohon rezeki. Yang perlu disadari, rezeki yang kita terima tidak serta merta gratis begitu saja. Rezeki adalah akibat dari kerja keras banting tulang. Maka, amalan ini tidak berlaku bagi mereka yang pemalas.
Cara mengamalkannya: puasa mutih 7 hari 7 malam dan dilanjutkan dengan puasa patigeni sehari semalam. Mulai puasa pada hari Jum’at Pahing. Mantranya dibaca setiap jam 12 malam di muka rumah (halaman/teras).
Ini mantranya:
“Ingsun amatek ajiku si nini blorong,
Nini blorong tak tempuhake anyukupi sandhang pangan kang agung, Amboyongo sri sadono wadahono ing gedhong rojobrono,
Sakehing pangan lebokno ing lumbung gumuling,
Ojo asat ing saklawase soko kersaning Allah”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar