Jazz Etnik Balawan teatrikal "Tari Keris". Pameran dan bursa Akbar bertajuk KERIS FOR THE WORLD di Galeri Nasional Indonesia – Jakarta pada tanggal 3 – 8 Juni, sangat padat acara. Selain peluncuran buku KERIS UNTUK DUNIA, pemberian AWARD, juga diadakan seminar setiap harinya. Penyelenggara adalah Panji Nusantara bekerja sama dengan KemenBudpar dan Galeri Nasional Indonesia. Pembukaan diisi oleh kehebatan I Wayan Balawan gitaris jazz etnik yang membawa dua Penari Keris mengemas acaranya teatrikal yang memukau. Disambung oleh pidato Menteri Kebudayaan & Pariwisata, Ir. Jero Wacik, SE. Kemudian pidato Direktur UNESCO untuk Asia dan Indonesia Mr. Hubert J. Gizjen mengangkat sebuah gengsi pameran keris akbar bertajuk KERIS FOR THE WORLD. ”Keris telah mengalami pergeseran nilai, pada periodisasinya (tangguh, bhs Jawa). Sekarang setelah piagam UNESCO; para pemerhati, kolektor dan seniman keris mulai menatap ke depan. Awalnya pengetahuan keris selalu berpijak pada keris buatan jaman Kediri, Singasari, Majapahit, Mataram, Paku Buwana dan Hamengku Buwana, sekarang periodisasinya menjadi sederhana yaitu keris tua dan keris Kamardikan (keris Kamardikan adalah keris yang diciptakan setelah Indonesia merdeka). Sudah pasti penambahan pengetahuan serta perkembangannya juga semakin modern, pada keris Kamardikan mengalami kemajuan dari segi design, bahan material yang terstandarisasi, seperti meteor yang mudah didapat, besi dan baja yang berkualitas tinggi, produksi pabrik yang memiliki spesifikasi yang jelas. Sementara itu, pengetahuan keris sepuh mulai diteliti secara ilmiah, baik melalui kajian etnografis, filosofis, archeo-metallurgist maupun mithologinya. Dimana akan melahirkan pengetahuan baru yang akan menjadi buku besar bahwa keris sebagai art and heritage telah memiliki sisi ilmiah yang disebut ”Krisologi”. Pameran KERIS FOR THE WORLD, Menyajikan kedua kelompok periodisasi itu, yakni pameran keris tua dan keris Kamardikan sebagai langkah konservasi, reposisi filsafat dan kelanjutan produksi. Sekarang, keris dipertanyakan kemanfaatannya; maka perkembangan yang tak dapat dihambat lagi, adalah bahwa keris akan menjadi media ekspresi seniman untuk berkomunikasi dalam seni. Keris tua akan menjadi petunjuk, pituduh, pendidikan dan sebagai bahan kajian. Agar manusia semakin bermartabat dan berkarakter luhur oleh karena memahami kandungan falsafah dan simbol-simbol yang tertanam pada keris sepuh. Acara KERIS FOR THE WORLD, Memiliki konten yang penting adalah adanya SNKI AWARD (pemberian award dari The National Secretariat of the Indonesian Kris); dengan memilih 3 karya unggul dan 10 karya favorite seniman masa kini. AWARD juga dibagikan sebagai anugerah untuk mereka yang berjasa dalam melakukan pelestarian dari tahun ke tahun, diantaranya ada 3 tokoh yang telah almarhum, 7 tokoh yang masih giat melestarikan keris, serta 5 seniman keris Kamardikan serta satu tokoh warga negara Jerman yang berjasa menghidupkan kembali api di workshop pembuatan keris di Jogya dan ekperimentasi pada cara pembuatan keris traditional yang mengalami vakum beberapa tahun setelah Indonesia Merdeka. KERIS FOR THE WORLD Memberikan catatan baru bagi dunia bahwa kini kelanjutan penciptaan keris telah mulai menggelinding seperti roda.” Demikian pidato pembukaan Toni Junus ketua Panitia. Pak Jero Wacik menyambut, dan yang paling bergengsi direktur Unesco Asia dan Indonesia, mr. Hubert J. Gizjen berkenan datang. |
KEPERCAYAAN/KETUHANAN
15 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar