Sabtu, 02 Januari 2010

MEMBANGUN LAKU PRIHATIN


MEMBANGUN LAKU PRIHATIN YANG PENER & PAS
Menggapai Sukses Lahir dan Batin

Pertanyaan ;
Mas Sabdo, bagaimana saya harus memulai “laku” prihatin agar supaya saya bisa keluar dari keadaan hidup saya yang selama ini banyak terbentur kesulitan, masalah, salah langkah, dan mengalami berbagai penderitaan yang tak kunjung selesai ?
Jawab :
  1. Jadilah seorang yang berbakti kepada orang tua. Saya sudah buktikan sendiri, dan menyaksikan apa yang saya alami dan dialami oleh rekan-rekan, para sahabat saya yang kehidupannya mapan, yang sukses lahir batin. Pastilah mereka adalah anak paling berbakti kepada kedua orang tuanya.
  2. Jangan sampai panjenengan menjadi generasi penerus yang durhaka kepada para leluhur yang menurunkan anda.
  3. Rubahlah prinsip menjalani kehidupan ini untuk menjadi berkah bagi sesama manusia, makhluk gaib, hewan, lingkungan alam. Dengan dasar rasa welas asih.
  4. Lakukan donodriyah.
  5. Sadar atau tidak, sengaja atau tidak, hidup musti selalu hati-hati, jangan sampai kita menyakiti hati orang lain. Usahakan sebisa mungkin dan lakukan setiap saat di manapun anda berada.
Terimakasih tak terhingga atas kiat-kiat suksesnya, mohon maaf saya selama ini selalu banyak bertanya kepada Mas Sabdo, yang tidak bosan-bosannya membimbing dan mengarahkan saya, hingga masalah demi masalah yang saya hadapi bisa selesai. Hidup saya sekeluarga menjadi selamat, tenteram, kecukupan, bahagia. Mohon kiranya Mas Sabdo berkenan menjabarkan ke lima point di atas ? Agar saya tidak keliru memahami. Sebelumnya terimakasih, semoga mas Sabdo sekeluarga selalu dalam anugerah Ilahi.
Jawab :
POINT SATU
“Berbakti kepada kedua orang tua merupakan pintu gerbang mencapai kesuksesan hidup di dunia maupun kehidupan setelah ajal.”
Kita harus selalu lapang hati untuk berbagi rejeki kepada orang tua. Jangan pelit, jangan terlalu perhitungan materi dengan ortu. Jangan sampai kita dalam gelimang harta sementara ortu kita dalam gelimang derita. Bahkan jika anda harus memberikan seluruh penghasilan anda sebulan, atau beberapa bulan demi menyelamatkan jiwa ortu. Jangan pernah berpamrih bila memberikan sesuatu kepada ortu, apalagi hanya sekedar uang banyak. Jangan pernah mentang-mentang pula hanya karena anda sudah mampu memberi banyak sekali pada kedua ortu. Kita musti sadar diri, setiap anak pasti “berhutang” kepada ortunya, adalah hutang yang tak pernah bisa kita lunasi sampai kapanpun, sekalipun dengan ratusan milyar atau trilyun rupiah. Karena hutang kita berupa hutang darah, dan hutang, nyawa.
Jalan untuk berbakti kepada ortu ada banyak cara, misalnya dengan bersikap persuasif, sopan santun, menentramkan hati, sekalipun anda tidak setuju dengan saran dan permintaan ortu yang keliru atau tidak tepat. Bila ortu kita keliru, ingatkan dan luruskan dengan cara-cara yang jauh lebih arif dan bijaksana, melebihi kearifan sikap ortu terhadap anak. Ini sangat tidak mudah, namun seorang anak teladan dan berbakti dituntut bisa melakukannya.
Namun demikian, pengorbanan material anda demi keselamatan jiwa raga orang tua, merupakan “project” paling besar efeknya pada kesuksesan hidup anda sendiri. Karena sedekah harta dengan setulus hati merupakan perbuatan yang relatif paling sulit dilakukan manusia di bumi ini.  Karena harta adalah barang yang selalu dicari setiap orang, bahkan tidak dengan cara yang mudah. Setelah dengan susah-payah mendapatkan uang, pada akhirnya digunakan untuk menutup kebutuhan darurat ortu. Walau anak kandung sendiri, kenyataannya banyak sekali yang tanpa sadar, sikap perbuatannya sangat tega kepada ortu. Inilah wujud anak durhaka secara terselubung. Anak demikian, pasti tidak akan luput dari kesialan dirinya sendiri. Laku perbuatannya sendirilah yang mendatangkan sebel sial.
Kuncinya : Seberapapun harta/uang yang anda berikan untuk menyelamatkan jiwa raga ortu anda, harta anda justru tidak akan habis. Bahkan harta anda akan berlipat ganda melalui berbagai pintu-pintu rejeki.”
Contoh ; Setelah anda menyelamatkan jiwa, mengobati, mengobatkan, atau membayar seluruh beaya berobat ortu tanpa berkeluh kesah, dilakukan setulus hati, sepenuh jiwa raga, dan tanpa ada rasa khawatir hidup anda menjadi melarat, maka setelah itu pintu rejeki anda seperti terbuka. Berbagai urusan menjadi mudah. Kran-kran rejeki seperti dibuka bersamaan. Lakukan saja dengan tulus tanpa perasaan takut uang anda habis, dan saksikan sendiri mujizat di balik itu.
POINT DUA ;
“Berbakti kepada kedua orang tua merupakan pintu gerbang mencapai kesuksesan hidup. Sedangkan berbakti kepada para leluhur merupakan pintu gerbang meraih kesuksesan hidup, dan pintu gerbang paling mudah ke dalam interaksi dengan rahasia gaib”.
Jika anda percaya dan menghargai prinsip anak yang harus berbakti kepada ortu, maka tidak akan lepas dari prinsip kita musti berbakti kepada orang-orang yang menurunkan kita. Leluhur adalah para pendahulu kita yang sudah hidup di alam kehidupan sejati tanpa ragawi. Leluhur dekat adalah orang-orang yang menurunkan kita sebagai generasi penerus kehidupan ini. Apabila ortu sudah meninggal dunia, ortu disebut pula sebagai leluhur paling dekat. Cara-cara berbakti kepada leluhur, pada hakekatnya sama dengan berbakti kepada ortu. Hanya saja, teknis dan medianya yang berbeda. Karena leluhur sudah tidak mengurusi urusan duniawi kecuali untuk urusan yang darurat.
Cara berbakti kepada para leluhur ;
1. Mendoakan ; Mendoakan di sini saya artikan sebagai upaya penyelarasan, sinergisme, yakni menyambung tali rasa dengan para leluhur yang anda doakan. Jika berdoa diartikan sebagai sarana PERUBAH NASIB para leluhur di alam kehidupan sejati, sejauh yang saya saksikan (tidak sekedar yakin) efeknya sangat tidak signifikan. Sebab nasib manusia di alam kehidupan sejati sudah paten, nasib kita kelak di alam keabadian mutlak ditentukan pada saat kita hidup di dunia ini. Maka sebaiknya kita lebih berhati-hati menjalani kehidupan ini. Berdoa untuk para leluhur bisa dilakukan dari rumah sembari tiduran leyeh-leyeh, atau sambil meditasi. Tetapi jika dilihat dari tingkat tantangan dan kesulitannya, maka mendoakan dari rumah belum termasuk kategori laku prihatin yang berkualitas tinggi. Sangat berbeda bila anda harus jauh-jauh pulang kampung lalu mendatangi makamnya, kemudian anda bersihkan, dan merawat makamnya. Tentu cara ini  memiliki efek yang jauh lebih besar bagi kehidupan anda, daripada doa dari rumah hanya sekedar ucapan lisan tanpa ada action yang konkrit.
2. Tindakan Konkrit ;  Tindakan konkrit berbeda dengan berdoa yang hanya berupa getaran jiwa yang diucapkan melalui lisan (apalagi doa yang hanya sekedar lips service).  Tindakan konkrit ini adalah upaya kita berbakti kepada para leluhur dengan cara mewujudkannya dalam tindakan nyata. Jawa itu jawabe. Maksudnya, tidak hanya sekedar mulut atau omong doang, tetapi harus dengan jawabe, atau pembuktian secara nyata. Dilakukan berbagai tindakan konkrit, dengan tujuan dapat menyambung tali rasa sejati kita dengan rasa sejati para leluhur yang sudah di alam kelanggengan. Tindakan-tindakan konkrit yang bisa dilakukan antara lain ;
  • Mengunjungi/menziarahi makam leluhur dimulai dari leluhur terdekat.  Leluhur yang menurunkan sukma dan darah dalam jiwa dan raga kita. Kemudian leluhur bangsa yang  menurunkan bumi pertiwi, para leluhur yang dulu sangat ketat menjaga kelestarian dan keseimbangan alam, sehingga sekarang masih bisa kita nikmati. Saat ziarah kita  melakukan perenungan/refleksi betapa besar jasa para leluhur yang sudah mewariskan harta dan pusaka warisan berupa ilmu, harta benda, tanah perdikan, bumi pertiwi yang hingga kini masih bisa kita semua nikmati.  Kita contoh laku prihatin beliau sewaktu masih hidup di bumi, agar supaya anak turun kita kelak masih bisa menikmati tanah pusaka yang saat ini kita jaga kelestariannya.
  • Taburkan bunga setaman, bunga-bungaan di pusara para leluhur sesuai adat dan tradisi masing-masing daerah. Bunga memiliki banyak arti dan makna, seperti sudah sering saya kemukakan di Media Tanya Jawab dan posting saya tentang Bancakan Weton. Selain itu, bunga-bunga tabur akan membuat indah dan wangi makam. Kita hargai dan luhurkan makam leluhur agar supaya berbeda dengan kuburan binatang, dan menghilangkan kesan kusam dan menyeramkan. Bagi anda yang takut dengan hantu-hantu makam, hal itu sebenarnya tak beralasan.  Sebab hantu tidak akan bertempat tinggal di kuburan. Tetapi di lingkungan luar sekitar kuburan. Misalnya makam Jerukpurut Jakarta Selatan yang terkenal angker, siangpun tampak berkeliaran karena memang saerahnya, jadi bukan bermaksud menganggu atau menakuti orang. Tetapi makhluk halus tersebut tidak singgah di dalam kuburannya, melainkan tinggal di lingkungan luar makam. Kalau mau cari “aman” (tidak melihat)  ya  justru masuklah ke dalam makam.
  • Sesaji. Sesaji di sini dimaksudkan sebagai simbol penyambutan (gayung bersambut), atau sikap penghormatan dan peluhuran terhadap para leluhur yang menurunkan kita, para leluhur perintis bangsa, dan leluhur manapun jika ada yang berkenan menengok (rawuh) ke rumah kita. Pada malam-malam tertentu, para leluhur “turun ke bumi” mengunjungi anak turunnya. Barangkali peristiwa ini sepadan dalam tradisi Hindu dengan apa yang dikatakan “para Dewa turun dari kahyangan”. Atau barangkali dalam tradisi Islam dikatakan para malaikat turun dari langit. Saya tidak mempersoalkan ragam terminologi tersebut. Saya hanya menekankan bahwa peristiwa tersebut bukan hanya sekedar mitologi tetapi sungguh ada dan nyata. Adapun malam-malam saat rawuhnya para leluhur berkunjung menengok anak turun dalam tradisi nusantara adalah setiap malam Selasa (Kliwon), Kamis malam atau malam Jumat (Legi dan Kliwon), dan pada malam-malam lainnya apabila ada sesuatu yang sifatnya darurat, misalnya memperingatkan anda melalui mimpi karena akan datang marabahaya, dan pada saat akan memberikan dawuh kepada anak turun yang dijangkungnya.  Oleh sebab itu, idealnya kita siapkan sesaji setiap malam-malam khusus tersebut, atau minimal sebulan sekali ambil waktu malam Jumat Kliwon, atau malam Selasa Kliwon, atau malam Jumat Legi (malam agung khusus untuk para leluhur). Adapun sesaji yang disiapkan adalah ; teh tubruk, kopi tubruk disuguhkan dalam gelas/cangkir tanpa ditutup. Lalu siapkan kembang setaman (kantil, melati, kenanga, mawar merah dan mawar putih). Saat anda beli bunga, pungut saja sendiri  bunga-bunga sesuai dengan gerak keinginan hati anda lalu bayar berapa harganya tanpa menawar. Sebelumnya minta ijin penjual bunga, kalau mau pilih bunga sendiri yang bagus karena untuk syarat, biasanya penjual bunga sudah sangat memahami. Tetapi anda JANGAN MENAWAR berapapun harga bunganya. Sebab hal ini untuk mengetes seberapa besar ketulusan anda untuk berbakti kepada para leluhur. Untuk lebih lengkapnya siapkan secuil menyan madu (jika baunya akan menganggu, tak perlu dibakar), bisa pula dengan dupa manten (ratus). Menyan madu di sini bukan makanan setan/makhluk halus. Tetapi sebagai pertanda, woro-woro,  atau tetenger (kode isyarat) bahwa kita sedang meluhurkan para leluhur yang kita hormati. Semua sesaji tersebut haturkan dengan kalimat berikut ;
“Kepareng ngaturaken pisungsun sekar arum gondo arum, menyan madu (ratus/dupa manten) dumateng para leluhur ingkang sami nurunaken kula (lan simah kula; bila sudah berumahtangga). Sugeng rawuh, mugya kersa tansah njangkung lan njampangi lampah kula sekeluarga. Tansah manggih wilujeng rahayu ingkang tinemu, bondo lan bejo kang teko. Sedaya saking kersaning Gusti.
Hubungan dengan para leluhur harus kita lakukan seperti MENJEMPUT BOLA. Karena kehidupan para leluhur sudah pindah ke alam lain, sudah tidak mengurusi urusan duniawi, kecuali untuk urusan anak turunnya. Dan juga untuk urusan yang bersifat DARURAT. Artinya kita tidak bisa main-main hanya untuk suatu urusan yang sepele. Semakin cuek apalagi tidak tidak percaya kita kepada para leluhur, maka diri kita akan semakin jauh dari tali rasa dengan para leluhur. Orang-orang yang antipati, yang menentang, dan tidak mempercayai peran leluhur, akan sulit sekali memahami hakekat kehidupan ini. Yang dilakukan hanyalah meraba-raba dalam ketidakjelasan, hanya dengan modal keyakinan membabi buta dan mudah terjebak fanatisme yang mengungkung kesadaran mikro dan makrokosmos. Bahkan dalam konteks tertentu, hubungan dengan leluhur sangat dikharamkan. Hal itu tidak lain karena akan membongkar rahasia gaib yang dapat meruntuhkan status quo, keyakinan yang mapan yang sudah didukung oleh kekuatan politik, tetapi ia hanyalah keyakinan dengan cara membabi buta. Konsekuensinya, pikiran, hati, dan jiwanya terkunci rapat dari luasnya ilmu pengetahuan Ilahi. Sehingga sesuatu yang lain dari apa yang sudah diyakininya dianggap sesat dan salah. Padahal dirinya belum pernah merasakan “pergi” ke alam gaib untuk menyaksikan sendiri hakekat apa yang terjadi. Akhirnya, penyesalan mendalam terjadi setelah jasadnya mati. Dan penyesalan itu sudah tak berfungsi apa-apa selain menyiksa dirinya sendiri.
3. Puasa mutih seumur hidup.
Belum lama saya mendapat wejangan dari Kanjeng Ratu Batang, garwa padmi Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma. Pada waktu itu beliau juga berpesan beberapa hal, di antaranya mengenai 2012 yang tidak perlu dikhawatirkan. Nah, wejangan paling utama, adalah apa hakekat puasa mutih. Puasa ini jauh lebih berat daripada tidak makan apa-apa selama 12 jam dalam sehari. Sebab, rasa nasi putih jika dimakan dalam kondisi perut juga lapar, sangat tidak enak, menimbulkan emosi, perasaan yang galau dan berat. Namun jika kita bisa melakukan dengan penuh kesabaran, maka hasilnya akan bagus sekali untuk menjaga keseimbangan diri lahir batin, dan terutama mematangkan jiwa. Puasa mutih seumur hidup, bisa kita lakukan dengan cara : sewaktu kita mau makan, kita mengambil nasi putih saja dalam piring. Kemudian kita persilahkan para leluhur untuk makan bersama (ngaturi dahar para leluhur), sambil makan nasi putih saja sebanyak tiga kali suap. Setelah itu, barulah nasi putih dituang pake kuah, diberi lauk pauk dan makanlah seperti biasanya. Saat anda makan usahakan jangan menambah nasi dan lauk-pauknya. Berapapun nasi dan lauk yang anda ambil, harus dihabiskan. Jika nasi putih habis lebih dulu, anda jangan menambah nasi putih dermi menghabiskan lauk. Sebaliknya, jika lauknya habis duluan, jangan menambah lauk pauk untuk mengabiskan nasi. Hal ini juga utk melatih kecermatan dalam mengendalikan nafsu makan. Jika nasi dan lauk sudah habis, jangan menambah makan lagi, kecuali minum dan buah-buahan. Usahakan agar supaya anda berhenti makan sebelum perut merasa kenyang, sisakan ruang untuk air minum dan buah jika ada buah-buahan.
4. Bersihkan/buang. Bersihkan dan buang semua sampah dari dalam bak, dan sampah-sampah yang ada di dalam rumah. Agar rumah dalam kondisi bersih pada saat para “tamu” sudah hadir untuk menengok anak turunnya.
5. Penuhi bak mandi/kulah dengan air sampai luber. Jika airnya belum meluber kran air jangan dimatikan. Saat anda menghidupkan kran air atau menimba air, dalam hati ucapkan ;
“Niat ingsun ngebaki kulah/bak mandi, supaya omah iki kebak rejeki, kebak berkah, slamet sakabehane, sumrambah kanggo wong sak omah lan tiyang kathah, wong-wong kang kepradah, lan kabeh titahing Pengeran .”
(Niat ingsun memenuhi bak mandi, supaya rumah ini penuh rejeki, penuh berkah, selamat semuanya, meluber ke seluruh anggota keluarga, meluber kepada sesama, kepada yang membutuhkan pertolongan, dan kepada seluruh makhluk).
6. Lakukan prihatin cegah guling, atau melek-melek. Jangan sampai tertidur sebelum jam 24.00 (12 malam). Setelah jam 12 malam, keluarlah di halaman rumah anda untuk melakukan meditasi sebentar. Posisi meditasi bisa sambil duduk atau berdiri yang penting konsentrasi dengan tujuan maneges pada SEDULUR PAPAT KEBLAT dan KE-LIMA ;  PANCER anda. Caranya : sebelum mulai (sebagai pembukaan), hentakkan kaki/tumit ke tanah 3 kali (boleh memakai sandal atau tidak) kemudian lakukan di bawah ini :
  • Hadap ke TIMUR sambil mengucap ; kadangku kang ono ing keblat WETAN, ewang-ewangono aku, cedakno rejeki kang isih adoh, bukaken kang wis cedak. Wilujeng rahayu kang tinemu, bondo lan bejo kang teko.
  • Hadap ke UTARA sambil mengucap ; kadangku kang ono ing keblat LOR, ewang-ewangono aku, cedakno rejeki kang isih adoh, bukaken kang wis cedak. Wilujeng rahayu kang tinemu, bondo lan bejo kang teko.
  • Hadap ke BARAT sambil mengucap ; kadangku kang ono ing keblat KULON, ewang-ewangono aku, cedakno rejeki kang isih adoh, bukaken kang wis cedak. Wilujeng rahayu kang tinemu, bondo lan bejo kang teko.
  • Hadap ke SELATAN sambil mengucap ; kadangku kang ono ing keblat KIDUL, ewang-ewangono aku, cedakno rejeki kang isih adoh, bukaken kang wis cedak. Wilujeng rahayu kang tinemu, bondo lan bejo kang teko.
  • Hadap ke LANGIT lalu kepala tunduk hadap ke BUMI dan ucapkan ; PANCERKU kang ono ing LANGIT lan BUMI ewang-ewangono aku, dukno (turunkan) rejeki kang isih ono ing langit, lan jumedulno kang isih ono ing jero bumi. Wilujeng rahayu kang tinemu, bondo lan bejo kang teko. Kabeh soko kersaning Gusti.
POINT KE TIGA
Pada intinya, lakukan kebaikan kepada sesama (orang lain) dengan setulus hati, didasari rasa welas alis, welas tanpo alis. Ketulusan dan kasih sayang tanpa pamrih. Terhadap sesama manusia, terhadap makhluk yang tidak tampak (makhluk halus), terhadap hewan, tumbuhan, lingkungan alam.
POINT KE EMPAT
Donodriyah. Atau sedekah, memanfaatkan harta kita untuk membantu, menolong, meringankan beban orang lain, untuk mendukung upaya penyeimbangan alam semesta. Jika digambarkan,  setiap hari kita harus memberikan walau sekedar sesuap nasi kepada orang-orang yang lapar, memberikan seteguk air minum kepada orang-orang yang kehausan. Setiap hari lakukan hal tersebut, memberi sesuap nasi dan seteguk air minum merupakan kiasan yang menggambarkan kebaikan. Dalam prakteknya pun kita sebisa mungkin memberi makan dan minum minimal kepada satu orang. Donodriyah ada 4 macam tararan, yang paling berat adalah donodriyah harta, sebab harta paling sulit dicari. Adapun ke empat donodriyah tersebut adalah sbb ;
  1. Donodriyah harta.
  2. Donodriyah tenaga.
  3. Donodriyah kata-kata, dapat berupa saran dan nasehat, tutur kata termasuk di dalamnya perilaku yang menentramkan hati sesama (kinarya karyenak ing tyas sesama).
  4. Donodriyah doa/harapan. Yakni mendoakan orang lain yang sedang menderita, mengalami musibah. Walau donodriyah doa bisa saja sangat berpengaruh terhadap orang yang kita doakan, tetapi donodriyah doa ini efeknya paling kecil terhadap kehidupan kita sendiri.
POINT KELIMA
Jangan menyakiti hati orang lain. Menyakiti hati memiliki dimensi yang luas. Termasuk di dalamnya adalah mencelakai orang lain, menganiaya, menyiksa, membuat menderita. Menyakiti hati orang lain termasuk penyakit hati yang sulit dibersihkan. Karena orang seringkali tidak merasa telah menyakiti hati orang lain. Jika tahu ada orang lain sakit hati karena ulah anda pun, biasanya anda tidak merasa bersalah, malah balik menyalahkan orang yang sakit hati karena anda tersebut, dengan dalih NIAT anda adalah BAIK. Hati-hati dengan NIAT, sebab niat seringkali dijadikan perisai diri sebagai alasan pembenar. NIAT juga merupakan pandangan yang bersifat SUBYEKTIF dari kacamata diri sendiri, niat juga tersimpan rapat jauh di dalam hati, sehingga membuat orang mudah saja mengartikan niatnya sesuai kepentingannya sendiri. NIAT memili makna BIAS yang sangat besar. Maka janganlah semata-mata mengandalkan niat untuk berbuat baik. Lebih penting adalah KONSISTENSI Adalam perbuatan. Niat baik, jalan yang ditempuh belum tentu baik/tepat, hasilnya pun belum tentu baik. Sebaliknya niat buruk, ditempuh tidak selalu melalui jalan yang buruk, hasilnyapun belum tentu buruk. Jadi, mari kita lihat saja manifestasi perbuatan dan AKIBAT yang ditimbulkan. Sebab, akibat yang ditimbulkan inilah yang sangat menentukan kemuliaan hidup anda di bumi maupun setelah mati.
AKHIR KALIMAT
Rangkaian “laku” di atas sebagai upaya penyatuan diri pribadi atau Jagad Kecil dengan alam semesta atau Jagad Besar, meliputi unsur gaib dan wadag. Mensinergikan diri dengan PANCERING diri yakni GURU SEJATI anda sendiri (nuruti kareping rasa/rasa sejati).  Jika antara kehendak rasa sejati dengan perbuatan sudah sinkron, hal itu akan menjadikan “doa” yang tak terucapkan tetapi berlangsung sepanjang waktu. Khusus untuk POINT KEDUA jika anda jalani minimal 7 kali setiap malam Jumat atau Selasa, atau anda jalani selama 7 bulan berturut turut, anda bisa merasakan dan menyaksikan sendiri perubahan yang jauh lebih baik pada diri anda sendiri. Bahkan selama anda melakukan ritual “laku” prihatin di atas, anda akan menemui berbagai anugrah dan mujizat Tuhan. Anda akan mendapat kemudahan dalam meraih  kesuksesan lahir dan batin, di muka bumi maupun dalam kehidupan sejati setel;ah mati. Kebahagiaan dan kesuksesan anda adalah kebahagian saya pula. Sekali lagi, bahwa apa yang saya kemukakan di atas, bukan sekedar teori, tetapi sudah saya buktikan sendiri hingga saat ini, saya mencapai tataran di mana tidak lagi mecari uang, tetapi dicari uang. Saya ingin anda mengalami seperti apa yang saya alami. Dengan laku prihatin seperti di atas, membuat diri kita semakin dipercaya untuk tempat singgahnya rejeki dan kemudahan. Diri kita bagaikan menjadi pusat dari medan magnet, akan menebarkan dan sekaligus memiliki daya tarik bagi semua yang senyawa, semua hal yang baik pula. Hidup adalah pilihan. Sekarang tinggal mau pilih yang mana, mau menjadi medan magnet positif, maka akan menimbulkan efek positif bagi anda sendiri, sebaliknya menjadi medan magnet negatif akan mendatangkan semua unsur negatif pada diri anda. Karena banyaknya pertanyaan yang sama, maka ada baiknya jawaban ini saya persembahkan untuk seluruh pembaca yang budiman, khususnya yang mau mengambil hikmah di balik semua laku prihatin di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar